RSS

Padang - Bukit Tinggi


Travelling with Widong are always unpredictable - insidental dan full of lucky :)
Setelah sekian lama kita berdua melakukan separated travelling, she was very very busy as a worcaholic career woman when I went to South Korea, and I cancelled the ticket for our Bromo Touring in the last minutes, finally we had time for travelling together again. And it;s just two of us :)

Di suatu siang ketika berdua saja mendadak saja saya berkata "Mb Widi, weekend ke Penang yok". It;s been so long time we want to travel there. Unfortunately both of us left our pasport      -__-. But then her respond was out of control, she said "Padang aja gmn, kita lum pernah kesana". And I said " cek tiket, kalau murah langsung cus". Ternyata semesta mendukung, tiket so murah kali lah. No plan, no picture of our travel, kita pesen tiket. Mulai deh konsultasi dengan Mbah Gugel at least biar dapat gambaran lah tur kesana itu kemana aja,hehehe. Sms, whatsapp, bbm pun dimulai ke teman2 asli Padang ataupun yang sudah pernah kesana. Thanks God all of information helped us lots.

Satu-satunya jalan untuk travelling di Sumbar dengan waktu yang sangat sedikit adalah dengan menyewa mobil. You dont have to wait and look for the public transport and you can manage all the travelling in your hand. Resikonya cuma satu : MAHAL. Tapi kali ini kami memang tidak punya pilihan lain. Lagipula ini bukan backpacker trip, tapi koper trip, because we really did bring suitcase alias koper :D.

Sewa mobil di Padang rata-rata sama, 350rb/hari dengan supir (belum bbm, belum akomodasi supir ya). I called the rental at 11pm (sadiiiisss, bangunin si bapak jam sgitu, untung diangkat,hahaha). Minta jemput di bandara karena kami menggunakan 1st flight ke Padang. Soo,,,let's begin the trip

Day 1
Tiba di Minangkabau Airport lebih kurang jam 7an pagi. Nothing special with the airport but the roof, it's Minangkabau's roof, the other things are so so. Kuala Namu airport, Hasanuddin Airport and Sultan Mahmud Badaruddin Airport are more sophisticated as an international airport. Bertemu dengan supirnya Pak Wendra, kita langsung membahas jalur perjalanan, dan itu membuat kita agak stress, ternyata tempat wisata di Sumbar banyaaakk sekali dan waktu yang kita punya sangat sedikit. Galauuuuu.

Sebelum mulai jalan, mari kita coba sarapan khas Padang dulu, namanya Katupek Fitalah atau gampangnya ya Ketupat Sayur. Bedanya dengan ketupat sayur pada umumnya tentu saja bumbu dan santannya ni, benar-benar Padang sekaliii. Bagi saya yang ga suka sarapan berat en full santan, agak kurang cocok sama makanan satu ini.


Setelah sarapan, kami lanjut ke tujuan kami menyebrang ke Pulau Pagang. Sebenarnya banyak sekali pulau - pulau yang bertebaran, yang paling terkenal tentu saja Pulau Mentawai, tapi sayang untuk pergi kesana saja butuh waktu 1 hari sendiri, so leave it fot other time. Pelabuhan paling terkenal di Padang seantero nusantara pastinya Teluk Bayur (ingat zaman SD dulu suka karaoke lagu ini dengan falsnya :D), tapi sekarang Teluk Bayur hanya dibuka untuk pelabuhan barang saja, sudah tidak ada kapal penumpang sebagaimana Erni Johan mengantar kekasihnya dengan lagu Teluk Bayur itu. Kami menyebrang ke Pulau Pagang dari Bungus dengan harga sewa kapal 650rb. And fyi, I got the boat about 30 minutes before and it was from www.berniaga.com,lol. Internet is such a bless from God for human being nowadays. Lucky us.


Perjalanan ke Pulau Pagang lebih kurang30-40 menit dan pada hari itu tidak ada pengunjung lain selain kami. Omg, that was our island beibeeeehhhhh. It was OURS. Btw, kenapa di pulau seindah itu hanya dengan Widong seeh yaa, harusnya dengan suami neh,hahaha. I wish.
Kita makan siang di Pulau Pagang, tentu saja sudah bekal dari Padang,karena di Pagang tidak ada yang berjualan, cuma ada 2 orang yang menjaga pulau tersebut. Makan siang hari itu adalah salah satu makan siang ternikmat dalam hidup saya. Di tepi pantai sunyi, angin sepoi dengan nasi lauk kepala ikan, ayam bakar dan balado pete teri (sumpah ini pertama kalinya saya makan pete). Fyi, makanan enak ini kita beli di RM. Gulai Laut Karang. Wajib coba balado pete terinya kalau kesana yaakkk. Masuk Pulau Pagang bayar 15rb/orang.

Duo Alay - Bolangwati Foreva

Cantik pulaunya bikin ga mau pulang
Setelah puas di Pulau Pagang, kita memutuskan untuk menyebrang ke Pulau Sikuai. Pulau ini dulunya merupakan salah satu pulau tujuan utama para turis, sekitar 15 menit dari Pulau Pagang. Berkebalikan dengan Pagang yang belum mempunyai resort atau fasilitas, Sikuai ini sebetulnya sudah sangat lengkap sampe kolam renang dan kasino aja ada. Sayangnya karena permasalahan sengketa pengelolaan, semua fasilitas tersebut sekrang sudah ditelantarkan. Pulau itu sekarang lebih cocok jadi tempat syuting film horror kayaknya kalau melihat kondisi fasilitasnya. Sungguh sayang sekali, karena dengan sisa2 fasilitas tsb saja saya sudah bisa membayangkan betapa indahnya kondisi pulau ini pada masa jayanya. 


-Sikuai Island-

Bahkan menurut bapak yang punya kapal, dulu dia ketika mengantar turis disana bayarannya pake dollar saking majunya pariwisata di Pulau Sikuai ini. Sayang sungguh sayang, sekarang cuma tinggal cerita saja. Bapak kapal ini walaupun sudah tua bahasa inggrisnya tokcer karena sering mengantar turis asing, doi belajar otodidak, sampe pas jalan ama kita aja suka kelepasan ngomong bahasa Inggris (eaaaa, si bapak). Kami pun tidak lama di pulau ini karena mengejar waktu untuk mengunjungi pantainya si Malin. Yang pasti, ternyata di barat Sumatra ini banyak sekali pulau-pulau indah tersembunyi, pasir putih selembut permadani (sumpah ini bukan berlebihan, pasirnya benar-benar lembut, sampe saya pengen tidur aja di pasir), dan yang pasti masih bersih. Sayangnya ga sempat snorkling, padahal sumpah airnya bening menggodaaa. Next time bebeh.

Tujuan selanjutnya adalah Pantai Air Manis, diisnilah batu si Malin Kundang legenda terkenal se antero nusantara.  Saya rada salah tafsir, kirain dulu si Malin Kundang ini terletak di Teluk Bayur, ternayata di Pantai Air Manis inilah si Malin berada. Pantainya berpasir hitam, tidak seperti pantai di pulau Pagang ataupun Sikuai, persamaannya adalah kelembutan pasirnya. Sayangnya pantai ini kurang rapi penataannya, semrawut.

Batu Malin Kundang
Percaya ga percaya kalau liat batu-batu ini, cuma Tuhan yang tau. Malin Kundang ada di foto kiri atas dengan pose bersujud, lalu lihat saja tumpukan tali, tong - tong yang begitu detail membatunya. Wallahualam. Saya sama Widong agak-agak merinding juga pas lihat, sampe yang awalnya niat ambil sedikit batunya buat di tes di lab akhirnya batal karena takut kenapa-kenapa.hehe.

Sunset di Pantai Air Manis
Sepulang dari Pantai Air Manis, kami langsung bersiap menuju Bukit Tinggi. Tak lupa minta singgah ke Jembatan Siti Nurbaya yang terkenal di tipi zaman dulu itu. Saya salah faham juga dengan jembatan ini, saya kira dinamakan Siti Nurbaya karena jembatan ini tempat pertemuan Siti dengan Syaiful Bahri. Ternyata tidak sama sekali..hehehe. Hal ini dikarenakan jembatan ini merupakan jembatan menuju ke kuburan Siti Nurbaya. Ternyata Siti Nurbaya benar-benar nyata ya. Banyak juga salah faham saya di Padang ini :D

Yang ada banyak lampu di belakang kapal itulah jembatan Siti Nurbaya
Jika siang hari, akan keliatan jelas berwarna putih
Tak lupa pula kita singgah ke toko souvenir Christine Hakim yang terkenal di Padang. Berhubung sudah dapat tips dari pak supir kalau di Bukit Tinggi jauh lebih murah, kita disini cuma liat-liat dan cek harga aja,hehehe. Jangan lupa makan nasi goreng dan Martabak Kubang ya sebelum lanjut ke Bukit Tinggi :) Nyammm

Day 2 
Kami tiba di Bukit Tinggi pukul 10 lewat, saya langsung suka dengan suasana kotanya. Tipe-tipe kota kecil yang dingin dan bersih, mungkin agak-agak mirip Berastagi atau Batu-Malang. Kami menginap di Hotel Ambun Suri  di Jalan Panorama, agak ragu sebetulnya menginap di hotel ini mengingat review yang sangat minim di internet. Berhubung dengan kondisi kita yang mendadak dan yang harus diingat, saat weekend, hotel-hotel di Bukit Tinggi pasti full. So, book ur hotel jauh2 hari sebelum kesini. Kami hanya dapat 1 malam disini, di kamar standar dengan rate 250rb (murah ya :P), untuk malam berikutnya masih pasrah mau nginap dimana. Si Widong malah udah menyarankan untuk tidur di mobil atau masjid.hahaha. Setelah masuk kamar alhamdulillah tidak mengecewakan, yang paling utama adalah bersih, tidak lembab atau bau apek, serta kamar mandi OK. Bonusnya : air panas. Alhamdulillah.

Bangun pagi jam 7 udah nongkrong di lobby, sudah tergoda dengan ibu-ibu yang berjualan depan hotel. Itulah orang Padang sodara-sodara, berdagang setiap kesempatan,,,eh no hurt feeling ya wong Padang. I like that fact, karena kita jadi dimudahkan belanja...jia ibu ibuuuu. Setelah puas, langsung cuss ke tujuan pertama yaitu Jam Gadang, icon kota BUkit Tinggi!!!! Cukup jalan kaki 5 menit dari Hotel Ambun Suri.

Jam Gadang
Yang unik dari jam ini adalah, angka IV pada jam ini ditulis IIII
(entah ga tau entah lupa, hehe)
Di sekitar area jam ini banyak yang berjualan souvenir dan kaos-kaos khas Padang-Bukit Tinggi. Jadi jangan khawatir susah cari oleh-oleh, yang penting adalah : pinter NAWAR!!! Baju kaos 40-50rb, bisa jadi 20rb :P, kacamata KW super 120 rb bs jadi 70rb. Jadi, rajinlah menawar :D

Banyak juga yg memakai kostum dan menawarkan
 foto bersama dengan bayaran sepantasnya (bukan seikhlasnya ya)
Lanjut ke Rumah Kelahiran Bung Hatta. Disini kita bebas liat-liat, foto-foto dan tidak dipungut bayaran, cukup isi buku tamu aja.

Rumah Kelahiran Bung Hatta
Sederhana dan sejuk, mau banget tinggal di rumah kayak gini
Lanjut lagi kita menuju ke Lembah Harau, perjalanan memakan waktu 1 jam-an. Sebelumnya singgah dulu buat beli oleh-oleh di toko ummi Aufa Hakim, dan benar saudara-saudara, harga keripik Sanjay, balado ataupun makanan lain, jauh lebih murah dibanding toko-toko di kota Padang. Memasuki Lembah Harau, pemandangan sungguh emejing emejing. Entah sudah berapa kali saya dan Widi mengucapkan kata bagus banget, indah banget atau enak banget untuk makanan Padang yang sumpah enak banget.hahaha.

Lembah Harau

Persawahan di sekitar Lembah Harau
Selanjutnya kita menuju ke Istana Pagaruyung, istana yang satu ini jangan sampe ga didatangin ya kalau travelling ke SUmbar, karena tempatnya benar-benar bagus dan didalam istananya indah.Di sini lah keberuntungan kami bersinar. Jadi ceritanya istana ini baru selesai dibangun kembali setelah kebakaran dan belum dibuka untuk umum bagian dalamnya. Istana ini baru akan dibuka kembali setelah peresmian oleh Pak SBY entah bulan apa belum tau. But u know what? Kita bisa masuk.hahaha. Kita berdua dikenalkan oleh tukang foto yang disana dengan juru kunci istana, dan kita diperbolehkan masuk bahkan ga dibatasi waktunya. Malah kita yang susah mau mutusin pembicaraan karena si bapak ceritanya asyiiik banget, mulai dari cerita adat budaya Minang, sampe ngasi kita tausiyah masalah jodoh dan rumah tangga. Hehehe. Makasih Bang Novrie (si tukang foto) yang mau-mau aja moto kita dengan pose macem2, nemenin jalan muter2 sampe kita puas, sampe bawain hp saya karena katanya saya teledor XD.


Duo Putri Minang di depan singgasana raja
Cantik ga? hehehe
Ga sangka ketemu jodoh disini
Oh ya, untuk menambah pengetahuan, di dalam istana ini terdiri dari kamar-kamar yaitu Kamar Raja, Kamar Bundo Kanduang (istri raja), kamar putri. Kamar putri disini lumayan banyak, mungkin sejumlah putri yang ada lah ya. Paling kasian ya pangeran, karena anak lelaki di Minang itu tidak disediakan kamar karena mereka tidurnya di masjid/surau/langgar. Nanti setelah menikah barulah dia punya kamar sendiri mengikuti kamar istrinya. Kamar - kamar ini tidak mempunyai pintu, hanya berupa tirai berlapis-lapis (bisa di diliat di foto di atas), di tiap lapisan itu terdapat pengawal atau penjaga. Di depan setiap kamar terdapat ruang tamu terbuka untuk masing- masing penghuni kamar, hal ini bertujuan untuk menghargai setiap penghuni kamar sehingga setiap kamar bisa menyapa atau melayani tamunya masing-masing.

Ruang tamu di depan Kamar Raja
So, inilah Istana Pagaruyung dari luar, so beautiful isnt it
Keluar dari IStana Pagaruyung, hari sudah senja, Pak Wendra sampe bingung kenapa kami bisa begitu lama di dalam. Katanya maksimal 1 jam itu udah rekor kalau cuma buat foto-foto di Pagaruyung. Ketika kami ceritakan bahwa kami foto di dalam, duduk santai-santai dan ngobrol dengan juru kunci istana dia langsung kaget, Seumur-umur dia sering bawa orang ke Istana Pagaruyung, belum pernah ada yang bisa masuk. Wow...!!!That why I said we r so lucky.

Danau Singkarak adalah tujuan kami berikutnya. Danau ini sudah terkenal seantero dunia karena beberapa tahun ini rutin diadakan Tour De Singkarak, acara ini katanya terbesar kedua setelah Tour De France untuk jumlah penontonnya. 

Danau SIngkarak
Danau yang riak airnya seperti laut
Sepulang dari Singkarak karena hari sudah gelap dan jalanan agak macet juga, kami memutuskan langsung kembali ke Bukit Tinggi. Sampai di Bukit Tinggi kami makan di pusat jajanan Bukit Tinggi di Nasi Goreng Ajo, mencicipi Nasi Goreng, roti cane dan sate kambingnya (kalap). Sampe hotel, bukannya tidur, Widong malah ngajak jalan kaki ke Jam Gadang (ini asyikya jalan ama dia, ga kenal capek,hahaha).Malam Minggu di Jam Gadang itu asyik, lebih rame dari siang dan seru, ada yang dangdutan, pacaran dan jualannya macam-macam. Saat yang tepat buat belanja (lagi???,eh)

Day 3
Hari terakhir kami di Bukit Tinggi, pagi langsung ke Lembah Anai yang terletak di dekat hotel. Pemandangannya lagi-lagi Subhanallah. Orang Bukit Tinggi harus banyak bersyukur ni diberkahi pemandangan alam dan kenikmatan kuliner yang luar biasa. 

Pemandangan dari Lembah Anai
Di Lembah Anai ini sebetulnya terdapat Gua Jepang, kita bisa masuk ke gua tersebut untuk melihat peninggalan dari masa penjajahan Jepang tersebut. Waktu yang terbatas demi mengejar pesawat pulang membuat kita tidak melakukan hal tsb. Tak apa-apa tak masuk ke sana, yang penting jangan lewatkan Itiak Lado Hijau di dekat pintu keluar Gua Jepang tsb. Resto ini sudah pernah didatangi oleh Pak Bondan, maknyusss intinya. Saking maknyusnya kita sampe bungkus untuk dibawa pulang ke Jakarta. Bebek yang dimasak dengan cabe hijau ini rasa pedas dan bumbu-bumbunya pas semuanya apalagi dimakan dengan nasi putih hangat dengan bawang goreng yang banyak. Luar biasaaa nagih.

Setelah makan, lanjut lagi ke Danau Maninjau, danau ini bisa di lihat dari Kelok 44 jadi sambil menyelam minum air danau lah, eh. :D.  Danau ini kebalikan dari Danau Singkarak, airnya tenang, mirip dengan Danau Toba tapi tanpa Pulau Samosirnya :). Selain dari Kelok 44,43,dst, Danau ini juga indah dilihat dari Puncak Lawang. Di Puncak Lawang juga terdapat resort dan pusat kegiatan outbond dan paralayang. Pada saat kami datang kesini banyak turis-turis asing yang sedang mengikuti acara outbond dan trekking dari puncak ke danau. Hikss...sayang kami ga punya waktu banyak :(

Danau Maninjau dari Puncak Lawang
Cantiknya ga kuku
Danau Maninjau dari Kelok 43
Saatnya pulang ke Padang. Dalam perjalanan pulang ke Padang, kami singgah ke Rumah Puisi. Rumah yang dibuat untuk menghormati Bpk Taufik Ismail yang puisinya selalu bikin saya "sesuatu". Di dalam rumah ini terdapat koleksi  buku serta puisi-puisi yang di pajang di dindingnya, terdapat juga quote-quote terkenal yang terkait dengan buku dan sastra. 

Rumah Puisi
Masih ingat puisi ini? Dulu waktu SD wajib hafal puisi ini :D
Persinggahan terakhir kami sebelum ke bandara adalah Sate Mak Syukur (SMS), sate daging sapi khas Padang yang kata orang-orang enak pake banget. Jadi singgahlah kita kesitu untuk mencicip sate terkenal ini. Kalau kata saya sih, masih enakan sate Padang langganan saya di  Prabumulih,hehehe. Itu masalah selera saja.

Kesimpulan :
1. Kalau mau jalan-jalan ke SumBar, sekeluarga lebih asyik atau rame-rame sejumlah kursi di mobil lah, jadi itungannya jadi murah. Bawa anak-anak atau orangtua juga ok karena tujuan wisatanya bukan wisata berat, kecuali ke pulau lah ya yang agak ribet.
2. Kalau bisa waktunya agak lama,minimal 3 hari full supaya puas. Travelling kita yang 3 hari ga full masih terasa kurang karena masih ada beberapat tempat yang kita skip untuk mengejar waktu.
3. Saya appreciate sekali dengan integrasi pemerintah Sumbar dan warganya dalam membangun pariwisata. Saat kita travelling saja mendapat cerita tentang pembangunan yang masih berlanjut untuk meningkatkan pariwisatanya. Setiap tempat fasilitasnya sudah baik, toiletnya bersih, di setiap masjid mukenanya ada, dan paling utama orangnya ramah-ramah. Banyak sekali info dan bantuan yang kami dapat selama travelling :). 
4. Yang pasti jangan ragu mencicip kuliner Sumatra Barat, maknyusss. Yang namanya nasi padang, lebih enak tuh dari Resto Sederhana yang tersebar di seluruh Indonesia.heuheu. 
Sekian

Salam dari Putri Pariwisata Minang :P

3 komentar:

yanda mengatakan...

BAGUS BAGUS BANGET FOTONYAA!!

Qq mengatakan...

hahaha. thank neng. u know, itu ga pake DSLR-an, pake camdig biasa en belinya pas nyampe Padang. LOL

Anonim mengatakan...

salam kenal.
postingan yang menarik.
kunjungi kami bagi anda yang ingin wisata ke Padang – Bukittinggi bersama aet tour dan travel
terima kasih

Posting Komentar

Map of My Trips

Copyright 2009 thiernaphilo. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates