Kehebohan review film ini dari beberapa orang membuat sy benar-benar penasaran, seperti apa sih film ini. Sampai-sampai katanya mau ditarik, padahal biasanya yang ditarik itu kan film horror yang esek2 itu..:D. Sedangkan ini filmnya Hanung Bramantio, dan setau saya beberapa film Hanung yang saya tonton itu ok lah. So...mari kita tonton film ini....
Berhubung review-review yang saya baca ada yang positif dan banyaknya yang negatif, jadi pas nonton saya berusaha menetralkan dan mengobjektifkan diri sebisanya, walau jujur karena saya Islam, ada subjektivitas tersendiri pasti terbawa.
Di awal film, dijelaskan kalau cerita-cerita berdasarkan cerita nyata yang terjadi di sekitar kita. Dan menurut saya setelah saya tonton, memang seperti itulah adanya, walaupun ada beberapa hal yang menurut saya terlalu dipaksakan or terkesan lebay di film ini. Mari kita bahas beberapa hal yang sering diperdebatkan.
1. Awal cerita tentang penusukan pastor, ini sempat di sebut-sebut di suatu review yang mengatakan adegan ini memojokkan umat Islam. Tetapi sebetulnya di adegan ini sama sekali tidak disebutkan yang menusuk siapa dan tidak ada ciri apapun yang menunjukkan sang penusuk itu agama apa. Jadi bukannya review itu malah seperti mengakui kalau yang nusuk itu muslim??? So sad.
2. Tokoh Rika yang pindah agama dari muslim menjadi katolik. Kalau dianggap film ini menganjurkan murtad, saya bingung juga apakah bisa seperti itu, karena kita tidak bisa menyangkal, it happened in real life. Ada orang Islam yang pindah ke Kristen dan begitu juga sebaliknya. Jadi ketika itu dimasukkan dalam film, apa jadi salah?? Karena di film ini juga menggambarkan tokoh si Ping Hen yang masuk Islam, padahal awalnya dia Budha. Berarti harusnya umat Budha juga bisa protes juga. Yah, saya sebagai muslim tentu sebel or sedih ngeliat muslim pindah agama,dan dalam Islam, murtad itu suatu hal yang sangat-sangat serius. Hal inilah yang menyebabkan banyak protes mengenai hal ini. Apalagi yang anehnya si Rika ni pindah agama cuma gara2 cerai ama suaminya. Terkesan agak memaksakan suatu alasan.
3. Tokoh Menuk yang bekerja di restoran china yang menjual masakan babi.
Yahh, sy ga bilang hal itu baik, mungkin kalau masih ada pekerjaan lain, itu lebih baik. Tetapi, kalau sy liat di konteks cerita, dengan kondisi keluarga yang sangat memprihatinkan, suami ga kerja, what else she can do. Mungkin dia uda berusaha nyari kerja dimana-mana, daripada dia jadi WTS, mana yang lebih baik?/
Apalagi kalau kita liat di film ini, si empunya tokoh sangat2 toleran, ngasi waktu shalat, dia membedakan alat2 masak untuk babi dan yang tidak, semua diberi tanda, dan si muslimah ini juga ga bekerja di bagian masak memasak itu, dia cuma pelayan yang antar2 makanan. Mungkin harusnya ada diberikan adegan latar belakang kenapa si muslimah ini sampai kerja disini, jadi penonton tau alasannya. Kalau masih ada kerjaan lain kan, harusnya dia lebih baik kerja yang lain saja. Saya agak mengerti, mungkin karena saya hidup di daerah yang banyak Cina, dan ada beberapa orang di tempat saya yang bekerja jadi pembantu keluarga cina, bukan karena mereka tidak mau kerja yang lain, tapi cuma disitulah mereka bisa kerja. Ga punya pendidikan, ga punya skill, begitulah akhirnya.
4. Yang lebay menurut saya adalah adegan dimana warga muslim menyerang resto Cina karena buka di hari lebaran ke 2. Hal ini menurut saya lebayyyyy banget, ini memang salah menurut saya. Karena Muslim ga segitunya, seperti yang sy katakan di atas, sy tinggal di KalBar dan Cina adalah bagian yang biasa dari KalBar. Kita biasa aja tuh pas mereka buka toko pas lebaran, malah beberapa toko di kota saya di hari lebaran pertama mereka juga buka. Hal itu malah membantu banget karena banyak toko yang tutup, jadi masih bisa beli kebutuhan sehari-hari, toko foto buka pas lebaran, jadi kita bisa foto2 di hari pertama lebaran pas keluarga ngumpul. So, adegan ini menurut sy agak lebay or dipaksakan. Ga da tuh kita demo2 ketika orang Cina buka toko pas lebaran.
5. Adegan muslim memperankan Yesus dan Santa Claus.
Bagian ini saya agak rancu juga, karena pengetahuan saya belum cukup. Apa boleh ya kita memerankan Yesus?? disini si tokoh memerankan Yesus karena dia memang ga da duit, diusir dari kosnya, dan blm dapat kerja. Satu hal ini yang masih jadi "tanda tanya"saya, mau nanya Pak Ustadz dulu nanti, hehee. Cuma menurut saya seharusnya si Hanung ga perlu mengangkat sampai sedalam ini, dia kan bisa nyari contoh toleransi Islam ke Kristen dalam hal lain. Kalau seperti ini sudah menyangkut akidah, bayangin aja kita memerankan tokoh Tuhan dalam suatu agama. Sedangkan di surat Al Kafirun aja dijelaskan Bagimu Agamamu dan Bagiku Agamaku, surah ini juga dibacakan dalam film ini, mungkin cara tafsir si Hanung saja yang berbeda.
6. Adegan si Sholeh mengorbankan diri dengan membawa bom di gereja.
Mungkin tujuan adegan ini baik ya, menunjukkan walaupun si Sholeh ni Islam, dia mau jadi banser yang jaga gereja di malam natal trus ketika liat bom di gereja, dia bawa dan akhirnya meledak. Tapi menurut sy, si Sholeh ni bego, bukannya bisa tuh kardus bomnya dilempar aja bukan dibawa ama dia sampe meledak. Maksa deh. Yah, sy anggap aja si Sholeh ini saking panik kali ya sampe ga mikir sejauh yang saya fikir.
6. Bagian yang saya suka?? Tentu saja bagian Ping Hen yang selalu mencintai si Menuk walaupun si Menuk sudah menikah dan sampai suaminya meninggal. Ping Hen yang pada akhirnya tergetar karena membaca buku Asmaul Husna dan akhirnya masuk Islam. Sayangnya di akhir ga diliatin hubungan mereka berdua, kan saya mau mereka jadian,,,hehe. Dan OST di film ini adalah lagu-lagunya Sheila On Seven...I like them all :)
Mungkin saya salah, mungkin ilmu agama sy ga cukup tinggi, tapi saat ini seperti itulah pendapat saya. Yang menjadi masalah adalah orang harus berfikir dalam menonton film ini, perlu hati-hati mungkin ya, seperti ada pesan yang tersirat juga menurut saya. Soalnya selama ini penonton kita selalu disuguhi film-film setan or seks yang ga perlu pake mikir. Saya khawatir lama-lama mayoritas penduduk Indonesia jadi malas mikir. Liat suatu hal yang ga sesuai dengan pemikiran mereka langsung marah-marah, ngamuk-ngamuk, kirim bom dsb. Bukannya itu malah memperburuk citra Islam yang sesungguhnya. Sungguh saya sedih.,,,sedih sekali. Kita sebagai muslim lah yang menjadi duta agama kita, kalau yang kita tampilkan tidak sesuai dengan Islam yang sesungguhnya, sehingga mereka salah dalam menilai agama kita, siapa yang salah??? Bukannya itu salah kita sendiri. Tapi film ini jujur sangat sensitif menurut saya, isu yang diangkat terlalu dalam, Hanung di film ini kesannya memojokkan Islam. Padahal mungkin tujuan utama film ini adalah untuk memunculkan atau meningkatkan toleransi beragama yang dianggap Hanung sudah sangat menurun di Indonesia. Yang menjadi pertanyaan saya apakah Hanung punya penasihat spritual khusus untuk film ini?? Karena seharusnya dia berkonsultasi dulu mengenai masalah pokok dan hal-hal lain yang sangat sensitif di film ini. Tapi dibanding film Dedemit Gunung Kidul, Kuntilanak Kesurupan, or film ga jelas lain, menurut saya film ini sarat makna, saya cukup menikmati saat menonton film ini.
So...apakah film ini harus ditarik dari peredaran???
Mungkin saya salah, mungkin ilmu agama sy ga cukup tinggi, tapi saat ini seperti itulah pendapat saya. Yang menjadi masalah adalah orang harus berfikir dalam menonton film ini, perlu hati-hati mungkin ya, seperti ada pesan yang tersirat juga menurut saya. Soalnya selama ini penonton kita selalu disuguhi film-film setan or seks yang ga perlu pake mikir. Saya khawatir lama-lama mayoritas penduduk Indonesia jadi malas mikir. Liat suatu hal yang ga sesuai dengan pemikiran mereka langsung marah-marah, ngamuk-ngamuk, kirim bom dsb. Bukannya itu malah memperburuk citra Islam yang sesungguhnya. Sungguh saya sedih.,,,sedih sekali. Kita sebagai muslim lah yang menjadi duta agama kita, kalau yang kita tampilkan tidak sesuai dengan Islam yang sesungguhnya, sehingga mereka salah dalam menilai agama kita, siapa yang salah??? Bukannya itu salah kita sendiri. Tapi film ini jujur sangat sensitif menurut saya, isu yang diangkat terlalu dalam, Hanung di film ini kesannya memojokkan Islam. Padahal mungkin tujuan utama film ini adalah untuk memunculkan atau meningkatkan toleransi beragama yang dianggap Hanung sudah sangat menurun di Indonesia. Yang menjadi pertanyaan saya apakah Hanung punya penasihat spritual khusus untuk film ini?? Karena seharusnya dia berkonsultasi dulu mengenai masalah pokok dan hal-hal lain yang sangat sensitif di film ini. Tapi dibanding film Dedemit Gunung Kidul, Kuntilanak Kesurupan, or film ga jelas lain, menurut saya film ini sarat makna, saya cukup menikmati saat menonton film ini.
So...apakah film ini harus ditarik dari peredaran???
0 komentar:
Posting Komentar